Jumat, 17 Desember 2010

Universitas Indonesia (UI) akan meluncurkan inovasinya di bidang lingkungan hidup dengan menyusun daftar pemeringkatan perguruan tinggi di dunia berdasarkan pengelolaan lingkungan hidup kampus. Daftar pemeringkatan yang diberi nama UI Green Metric Ranking of World Universities 2010 itu diluncurkan Kamis (16/12/2010) di Jakarta.
Kepala Kantor Komunikasi UI Vishnyu Juwono menuturkan, UI Green Metric merupakan pemeringkatan perguruan tinggi yang pertama menggunakan komitmen pengembangan infrastruktur kampus yang ramah lingkungan sebagai indikatornya. Pemeringkatan tersebut berorientasi pada kelestarian lingkungan hidup kampus.
"Mulai dari kehijauan kampus, pemanfaatan ruang, efisiensi energi, penggunaan air, pengolahan limbah, dan sistem transportasi yang ramah lingkungan," ujar Vishnyu.
Secara terpisah, Rektor UI Prof Gumilar R Somantri mengatakan, perguruan tinggi sebagai garda terdepan dalam menghasilkan generasi pemimpin masa depan yang memiliki tanggung jawab khusus untuk memimpin jalan dalam menangani masalah yang sangat nyata. Saat ini, masalah atau krisis energi dan pemanasan global menjadi masalah utama yang juga perlu diselesaikan sejak dini seperti perubahan iklim dan cuaca ekstrim, peningkatan permukaan air laut, kekurangan air, tekanan pada produksi pertanian dan perpindahan penduduk.
"Saya berharap UI dapat membantu masyarakat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dan membantu untuk membawa perubahan pola hidup masarakat dunia dalam menggunakan energi dan sumber daya alam yang semakin terbatas," ujar Gumilar.
Adapun berdasarkan hasil riset dan survei yang dihimpun secara online oleh tim UI Green Metric kepada ribuan perguruan tinggi di dunia, yang dilakukan pada Mei hingga November 2010, University of California, Barkeley, Amerika Serikat (skor 8,213), terpilih sebagai kampus hijau terbaik di dunia. Peringkat kedua diraih University of Nottingham, Inggris (skor 8,201), dan Northeastern University,USA (skor 7,909) berada di urutan ketiga.
Sementara itu, kampus UI sendiri berhasil menduduki peringkat ke-15 dengan skor 6,875). UI tercatat menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang mampu menempati posisi 15 besar dari 95 perguruan tinggi di dunia yang masuk dalam pemeringkatan ini.

Kapal Selam Terbesar Buatan Inggris

Inggris akan meluncurkan kapal selam terbarunya, Kamis (16/12/10) di Barrow-in-Furness di Cumbria. Kapal selam berbiaya 1,2 miliar poundsterling atau sekitar Rp 22,5 triliun itu diklaim sebagai kapal selam terbesar yang pernah dibuat Inggris.
Kapal selam bernama Ambush ini memiliki ukuran 50 persen lebih besar dari pendahulunya, Swiftsure dan Trafalgar. Panjangnya lebih kurang 291 kaki, setara dengan panjang lapangan sepak bola.
Hebatnya, kapal selam ini mampu mengubah air laut menjadi oksigen dan air tawar sehingga mampu mempertahankan 98 kru-nya tetap hidup. Selain itu, kapal selam ini juga nyaris tak bersuara sehingga tak mudah dideteksi musuh.
Sonar dan radar kapal selam Ambush bisa mendeteksi kapal lain yang berjarak 3.000 nautikal mil (5.556 kilometer). Jadi, jika berada di wilayah laut yang memisahkan Inggris dengan Perancis, kapal selam ini bisa mendeteksi kapal yang berada di New York, AS.
Kapal selam ini tak butuh pengisian ulang bahan bakar dan bisa menyerang menggunakan misilnya hingga sejauh 1.000 mil (1.609 kilometer). Yang terhebat, misi kapal selam biasanya hanya 10 minggu, tetapi secara teori kapal selam ini bisa bertahan di dalam air tanpa perlu muncul ke permukaan seumur hidupnya, 25 tahun.
Ambush nantinya akan membawa 38 misil, yakni misil penjelajah Tomahawk yang punya daya jelajah hingga 1.240 mil (1.996 kilometer). Selain itu, kapal selam ini juga akan dilengkapi dengan torpedo kelas berat untuk menghancurkan kapal dan kapal selam lain.
Mesinnya yang bertenaga nuklir bisa menggerakkan kapal dengan kecepatan hingga 20 knot, memungkinkan kapal menempuh jarak 500 mil (805 kilometer) sehari. Saking besarnya, energi nuklirnya dikatakan bisa menghidupi seluruh kota Southampton.
Ambush akan diluncurkan dan dinamai secara resmi oleh Lady Anne Soar, istri Kepala Panglima Angkatan Laut Sir Trevor Soar. Selanjutnya, kapal selam berukuran 7.400 metrik ton ini akan diujicobakan.
Sekadar diketahui, kapal selam ini bisa membawa 98 kru. Selain itu, Ambush juga dilengkapi gudang yang bisa menyimpan makanan untuk kebutuhan selama tiga bulan, terdiri dari 18.000 sosis dan 4.200 bungkus sereal Weetabix.

Rabu, 01 Desember 2010

IPB Buka Riset Pangan Berbasis Tepung

Bekerjasama dengan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Institut Pertanian Bogor membuka unit riset pangan berbasis tepung. Unit yang dinamakan Bread (Baking Research and Development) itu merupakan hasil kerjasama antara SEAFAST (South East Asian and Agricultural Science & Technology) IPB dan Divisi Bogasari itu akan melakukan sejumlah riset produk-produk pangan berbasis tepung-tepungan.

Wakil Rektor IPB Yonny Koesmargono mengatakan, IPB sudah menghasilkan sejumlah penelitian yang berkaitan dengan tepung-tepungan, dan menghasilkan formula untuk membuat produk pangan berbasis tepung-tepungan. "Dengan adanya Bread Unit ini, mahasiswa akan makin terarah dalam penelitian tepung-tepungan dari bahan baku lokal," katanya seusai meresmikan unit itu, Selasa (30/11/2010).



Direktur PT ISM Fransiskus Weliarang mengatakan, pendirian Bread Unit merupakan upaya menunjang gerakan diversifikasi pangan pada tingkat pengolahan dan aplikasi. Selama ini, gerakan penganekaragaman pangan terfokus pada tingkat hulu, yaitu budidaya dan produksi bahan pangan pokok.



Padahal, gerakan diversifikasi pangan harus dilakukan kompherensif. "Mulai dari hulu hingga hilir, mulai dari benih dan penanaman hingga pemasaran dan pengolahan yang inovatif dan kreatif," katanya.



Para peresmian unit itu diperlihatkan berbagai produk kue dan makanan ringan yang berbahan baku campuran beberapa jenis tepung dan berbahan baku tepung non-gandum. Rata-rata kue tersebut dibuat dari percampuran tepung terigu dan tepung ubi jalar. Ada juga kue yang terbuat dari tepung walur. Diperlihatkan juga produk-produk pangan dari bahan tepung-tepungan yang non-gluten.



"Jadi, kami juga sudah menemukan teknik dan formula tepung-tepungan non-gluten. Ini merupakan jawaban permintaan pasar yang menginginkan adanya produk tepung-tepungan yang mengandung gluten dan tidak mengandung gluten," kata Kepala Pusat SEAFAST IPB Purwiyatno Hariyadi.



Lebih lanjut Purwiyatno mengatakan, sampai saat ini memang belum ditemukan bahan pangan lokal yang dapat menjadi tepung-tepungan yang menggantikan 100 persen tepung terigu. Hal itu bukan berarti tepung-tepungan dari bahan baku lokal lebih rendah kualitasnya dari gandum. Sebab, setiap jenis pangan memiliki karakteristik dan keistimewaan berbeda, yang pada akhirnya dapat saling melengkapi.



Dengan ada Bread Unit ini, pihaknya akan terus melakukan riset untuk menemukan jenis tepung lainnya, serta mencari formula tepat untuk pencampurannya dan proses pengolahannya menjadi makanan.



"Ketika tepung-tepungan dicampur dan diolah dengan tepat, maka produk pangan yang dihasilkan diharapkan menjadi produk pangan dengan gizi yang kebih lengkap atau beragam serta rasanya enak," katanya.



Bread Unit itu juga terbuka untuk masyarakat umum yang ingin berlajar cara pengolahan tepung-tepungan menjadi kue atau pangan lainnya. Masyarakat umum yang berminat dapat mendaftar lebih dahulu ke IPB.

Gemuruh Satu-satunya Peringatan Dini

Peringatan dini dari alam berupa suara gemuruh air seperti pesawat terbang sangat penting bagi masyarakat kepulauan dekat zona subduksi gempa untuk menghindari bencana tsunami. Demikian hasil survei pascagempa dan tsunami yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

"Untuk kepulauan di barat Sumatera seperti Mentawai yang jaraknya dekat dengan zona subduksi, waktu tiba tsunami hanya 5-10 menit setelah gempa. Tidak ada yang lebih baik daripada tanda-tanda alam seperti gemuruh pesawat, khususnya di tengah berbagai keterbatasan teknologi," kata Ketua Tim Survei Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr Widjo Kongko, di Jakarta, Selasa (30/11/2010).

Hambatan bukan saja berasal dari peralatan tsunami early warning system (TEWS) seperti buoy yang tak berfungsi, tetapi juga fasilitas komunikasi termasuk ketiadaan sinyal telpon seluler di pulau terpencil tersebut. Belum lagi listrik berpembangkit diesel yang hanya beroperasi hingga pukul 21.00 WIB sementara bencana gempa dan tsunami terjadi pada malam hari.

"Semua hambatan teknologi ini mengajarkan bahwa tanda-tanda alam yang paling penting untuk melarikan diri. Bahkan jika pun teknologi sudah canggih, listrik dan fasilitas komunikasi memadai, waktu 5-10 menit terlalu sebentar untuk proses distribusi informasi dari TEWS ke satelit lalu ke pusat di BMKG lalu ke Pemda dan kemudian masyarakat," katanya.

Survei 20-27 November 2010 hasil kerja sama antara BPPT dan ilmuwan Jerman itu juga menyimpulkan bahwa tinggi tsunami di kepulauan tersebut berkisar antara 1-12 meter dari muka laut, misalnya 12 meter di Pulau Libuat dan masuk hingga terjauh 450 meter di Malakopa.
Pihaknya juga menemukan banyak endapan tsunami diberbagai tempat dengan ketebalan berkisar antara 1,5-12 cm serta pecahan terumbu karang yang ukurannya besar-besar rata-rata mencapai 4x5x3 meter yang sebagian masih hidup karena berasal dari laut.

Ia juga mengingatkan, bahwa tidak berarti gempa yang pelan itu tidak akan menimbulkan tsunami karena masyarakat di kepulauan Mentawai ternyata hanya merasakan gempa yang pelan sehingga membuat mereka lengah. "Meski pelan guncangannya tapi berayun selama sekitar tiga menit. Mereka tak menyangka karena gempa Mentawai tahun 2007 lebih keras dari ini tapi tidak menimbulkan tsunami, sehingga mereka tak menyangka bahwa tsunami kali ini datang," katanya.

Tim terdiri dari 10 ilmuwan, yakni empat orang dari BPPT, dua orang dari Badan Geologi Kementerian ESDM, seorang dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan KKP, dan tiga ilmuwan Jerman dari University of Hamburg dan FI-Leibniz University of Hannover dengan dukungan dari pemerintah Jerman melalui proyek GITEWS. Proyek ini berupaya untuk mendokumentasikan data lapangan yang bersifat ilmiah serta hasil wawancara korban yang selamat. Hasil survei akan menjadi masukan untuk memperbaiki sistem peringatan dini tsunami (TEWS) dan pengurangan resiko bencana.